Masih Misteri, Satu Dekade Hilangnya Pesawat Malaysia Airlines

Kisah Hilangnya MH370 Malaysia Airlines

0 0
banner 468x60
Read Time:10 Minute, 26 Second

RUMAHGADANG.NEWS | JSCGROUPMEDIA ~ Selama satu dekade terakhir, dua kata terus menghantui Li Eryou: hilang kontak.

Dua kata ini disampaikan pihak maskapai Malaysia Airlines kepada Li saat penerbangan MH370 menghilang. Di dalam pesawat tersebut terdapat putranya, Yanlin.

banner 336x280

“Selama bertahun-tahun saya bertanya apa yang dimaksud dengan ‘hilang kontak’? Menurut saya, jika Anda kehilangan kontak dengan seseorang, Anda seharusnya bisa terhubung kembali dengan mereka,” kata Li.

Dia dan istrinya, Liu Shuangfeng – petani dari sebuah desa di selatan Beijing – telah berjuang memahami apa yang telah menjadi salah satu misteri terbesar dalam sejarah penerbangan.

Pada 8 Maret 2014 silam, kurang dari satu jam setelah pesawat lepas landas dalam penerbangan rutin malam hari dari Kuala Lumpur ke Beijing, sang pilot mengucapkan selamat malam kepada pemandu lalu lintas udara Malaysia.

Pesawat Boeing 777 yang mengangkut 227 penumpang dan 12 awak pesawat itu hendak menyeberang ke wilayah udara Vietnam.

Pesawat itu kemudian tiba-tiba mengubah arah, dan semua komunikasi elektronik terputus.

Pesawat berbalik arah, pertama di atas Malaysia, dan kemudian ke arah Samudra Hindia selatan yang jauh hingga diperkirakan kehabisan bahan bakar.

Operasi pencarian terbesar dan termahal yang pernah dilakukan berlangsung selama empat tahun, namun gagal menemukan jejak pesawat yang hilang.

Ribuan ahli oseanografi, insinyur penerbangan, dan detektif amatir telah meneliti data yang terpisah-pisah dari penerbangan tersebut, mencoba menghitung di mana pesawat itu mengakhiri perjalanannya.

Bagi keluarga mereka yang berada di dalam pesawat, ini adalah 10 tahun kesedihan yang tak terhindarkan, berjuang untuk terus melakukan pencarian, demi mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada MH370, dan mengapa.

Li telah berkeliling dunia untuk mendukung kampanye tersebut. Dia mengaku telah menghabiskan tabungannya untuk melakukan perjalanan ke Eropa dan Asia, dan ke pantai-pantai di Madagaskar, lokasi tempat beberapa puing-puing dari pesawat yang hilang telah ditemukan.

Dia mengatakan bahwa dia ingin merasakan pasir yang kemungkinan menjadi tempat putranya terdampar.

Dia ingat, sempat berteriak ke arah Samudra Hindia, mengatakan kepada Yanlin bahwa dia ada di sana untuk membawanya pulang.

“Saya akan terus melakukan perjalanan hingga ke ujung dunia untuk menemukan anak saya,” katanya.

Pasangan yang berusia akhir 60-an ini tinggal di daerah pedesaan di Provinsi Hebei, China. Sebagian besar pendapatan mereka digunakan membiayai sekolah anak-anak, dan mereka tidak pernah punya uang untuk bepergian.

Yanlin adalah orang pertama di desa mereka yang masuk universitas, dan orang pertama yang mendapatkan pekerjaan di luar negeri, bekerja di Malaysia untuk sebuah perusahaan telekomunikasi.

Dia kembali ke China untuk mengurus visa ketika pesawat tersebut menghilang.

“Sebelum insiden ini terjadi, kami bahkan belum pernah ke kota Handan,” kata Li.

Kini mereka telah menjadi pelancong yang berpengalaman. Mereka kembali ke Malaysia untuk memperingati 10 tahun tragedi MH370 bersama keluarga korban lainnya.

Yanlin adalah salah satu dari 153 penumpang asal Tiongkok dalam penerbangan tersebut.

Orang tuanya adalah salah satu dari sekitar 40 keluarga korban di China yang telah menolak pembayaran ganti rugi dari pemerintah Malaysia, dan telah mengajukan kasus hukum di negaranya terhadap maskapai penerbangan, produsen pesawat, dan pihak-pihak lainnya.

Lebih dari 10 tahun, kehidupan keluarga korban yang terkena dampak terus bergulir. Namun, mereka juga saling merasa terikat karena pesawat yang hilang tersebut.

Grace Nathan sedang menghadapi ujian akhir studi hukumnya di Inggris ketika MH370 menghilang. Ibunya, Anne, berada di dalam pesawat.

See also  NU Minta Pesantren Tak Terprovokasi Teror Orang Gila

Saat ini Grace adalah ibu dari dua anak sekaligus seorang pengacara yang sudah memiliki kantor sendiri di Malaysia.

Pada peringatan tragedi MH370 di Kuala Lumpur, ia mengingat memegang foto ibunya saat ia berjalan menyusuri lorong pernikahannya, dan merindukan nasihatnya ketika ia mengalami dua kali kehamilan yang bermasalah.

Di lokasi peringatan tragedi MH370 dipajang beberapa potong bagian pesawat yang sudah rusak, satu-satunya bukti fisik yang bisa ditemukan.

Ada beberapa bagian sayap yang sudah berkarat akibat terendam lama di laut, dengan struktur seperti serat sarang lebah di bagian dalamnya yang terlihat sangat tipis.

Di antara kerumunan itu terdapat Blaine Gibson, orang yang menemukan banyak bagian dari MH370 dibandingkan yang lainnya.

Salah satu dari sekian banyak karakter yang terlibat dalam kisah MH370, Gibson dapat digambarkan sebagai seorang penjelajah amatir.

Dia berpakaian dengan gaya Indiana Jones, dan menggunakan hasil penjualan rumah keluarganya di California untuk mendanai kecintaannya pada traveling, dengan tujuan pribadi mengunjungi setiap negara di dunia.

Gibson mengaku sempat menghadiri peringatan satu tahun tragedi MH370, dan saat itu ia menyadari tidak ada pencarian yang teroganisir di garis pantai untuk mencari puing-puing sisa pesawat.

“Itu sama sekali tidak dilakukan. Mereka menghabiskan jutaan dolar saat itu untuk mencari di bawah air,” ujarnya.

“Dan saya hanya berpikir, mungkin bagian pertama dari pesawat ini akan ditemukan oleh seseorang yang sedang berjalan di pantai. Dan karena tidak ada yang melakukannya, saya pikir saya bisa melakukannya sendiri.”

Dia mengaku telah melakukan pencarian selama satu tahun; di pantai-pantai dari Myanmar hingga Maladewa, sebelum akhirnya menemukan bagian pertamanya, dari penstabil belakang pesawat, di gundukan pasir di Mozambik.

Pada saat itu, bagian besar lainnya, yang dikenal sebagai flaperon – bagian dari sayap pesawat – telah ditemukan di Pulau Reunion, yang menegaskan kepada keluarga bahwa MH370 memang jatuh di Samudra Hindia.

Bagian-bagian yang ditemukan semuanya ditemukan 16 bulan atau lebih setelah MH370 lenyap, terdampar di berbagai pantai di Afrika Timur.

Analisis arus yang ada di Samudra Hindia bagian selatan menunjukkan bahwa mereka kemungkinan besar berasal dari tempat MH370 diyakini jatuh ke laut.

Mantan pemimpin penyelidik di Malaysia, Aslam Khan, menjelaskan bagaimana mereka mengidentifikasinya.

Nomor seri pada beberapa bagian dicocokkan dengan catatan yang dimiliki pihak produsen untuk memastikan, dan tanpa keraguan bahwa potongan material itu berasal dari Boeing Malaysia Airlines.

Huruf khas yang digunakan dalam tanda stensil pada bagian lain menunjukkan bahwa mereka hampir pasti berasal dari pesawat tersebut. Tidak ada Boeing 777 lain yang pernah jatuh di Samudera Hindia.

Hingga flaperon (bidang kontrol di permukaan sayap pesawat) ditemukan, satu-satunya bukti bahwa pesawat tersebut berbelok adalah data dari radar militer di Malaysia dan Thailand. Radar ini melihat pesawat terbang ke arah barat di atas semenanjung Malaysia.

Kemudian sebuah perusahaan Inggris, Inmarsat, mendeteksi rangkaian enam bunyi ping atau “jabat tangan” yang dilakukan setiap jam dengan salah satu satelitnya, dan MH370 saat itu menunjukkan sedang menuju ke selatan. Semua komunikasi lain di pesawat telah dimatikan.

Data yang sedikit ini digunakan untuk melakukan triangulasi jarak antara pesawat dan satelit pada setiap jam di sepanjang rangkaian busur melingkar, yang memberikan perkiraan lokasi jatuhnya pesawat.

Namun, ini masih merupakan area yang sangat luas dengan gambaran laut yang sangat kasar dan sangat dalam.

Pencarian yang melibatkan 60 kapal dan 50 pesawat dari 26 negara ini berlangsung dari Maret 2014 hingga Januari 2017.

See also  Sebelas Tahun Terbunuhnya Muammar Gaddafi

Pencarian dilanjutkan pada awal tahun 2018 selama lima bulan oleh sebuah perusahaan swasta yang berbasis di Amerika Serikat bernama Ocean Infinity, dengan menggunakan drone bawah air untuk memindai dasar laut.

Minimnya informasi yang pasti telah memicu banyak teori, beberapa di antaranya cukup liar mengenai apa yang terjadi di dalam pesawat MH370.

Misalnya, dari dibajak dan diterbangkan ke Rusia, atau mungkin ke pangkalan udara AS di pulau Diego Garcia, hingga ditembak jatuh.

“Ini tidak masuk akal,” gumam jurnalis asal Prancis, Florence de Changy saat melihat potongan-potongan MH370 yang dipamerkan.

Changy telah menulis sebuah buku yang diteliti dengan cermat, salah satu dari sekitar 100 buku yang diterbitkan mengenai insiden MH370.

Dia berpendapat bahwa seluruh hipotesis bahwa pesawat berbelok dan mengarah ke selatan adalah salah. Dia percaya bahwa puing-puing yang telah ditemukan bukan berasal dari MH370.

Dia mempertanyakan kargo yang ada di dalam pesawat, dan dalam bukunya menyatakan bahwa pesawat tersebut mungkin ditembak jatuh oleh pesawat Amerika Serikat di atas Laut Cina Selatan karena muatan kargo tersebut.

Namun, jika data radar dan satelit yang disajikan Malaysia dan Inmarsat diterima begitu saja – sebagian besar ahli merujuk data tersebut – dan pesawat terus terbang ke selatan, hanya ada satu penjelasan yang masuk akal. Bahwa seseorang menerbangkannya ke sana dengan sengaja.

Dalam film dokumenter terbaru BBC bertajuk “Why Planes Vanish”, dua ahli kedirgantaraan Prancis – salah satunya seorang pilot berpengalaman – menggunakan simulator penerbangan untuk menciptakan kembali belokan tajam yang dilakukan Boeing 777 di atas Laut Cina Selatan, tepat setelah kontak terakhir dengan kontrol lalu lintas udara Malaysia.

Mereka menyimpulkan bahwa hal ini hanya dapat dilakukan secara manual oleh seorang pilot yang terampil dan berpengalaman.

Fakta bahwa hal ini dilakukan tepat saat MH370 bergerak dari wilayah udara Malaysia ke Vietnam menunjukkan kepada mereka bahwa pilot berusaha menyembunyikan manuver tersebut.

Dan dia tahu bahwa akan memakan waktu lama sebelum pusat lalu lintas udara Vietnam melaporkan bahwa mereka belum dihubungi oleh pesawat tersebut.

Ada beberapa teori lain, bahwa semua orang di dalam pesawat pingsan akibat hipoksia (kekurangan oksigen) setelah terjadi penurunan tekanan udara yang tidak terdeteksi, atau kebakaran atau ledakan dahsyat yang tiba-tiba memutus komunikasi dan memaksa pilot untuk berbalik arah.

Namun manuver yang sulit, diikuti dengan penerbangan yang terus berlanjut dan stabil ke arah selatan selama tujuh jam, membuat hal tersebut sangat tidak mungkin terjadi.

Namun, spekulasi mengenai salah satu pilot sengaja menerbangkan pesawat dan semua penumpangnya ke dalam lautan juga sulit diterima. Tidak ada pilot yang memiliki riwayat yang dapat menjelaskan tindakan seperti itu.

Semua spekulasi yang berkembang ini telah menimbulkan dampak yang besar bagi para keluarga korban.

“Saya tidak akan mengharapkan itu karena sangat tidak menyenangkan,” kata Jaquita Gonzalez, istri Patrick Gomes, Pengawas Penerbangan MH370 yang ikut menjadi korban.

“Kami telah melalui masa-masa perubahan perasaan esktrem seperti itu. Ketika mereka pertama kali memulai pencarian, kami akan mendengar bahwa mereka melihat sesuatu, dan kemudian harapan kami menjadi tinggi.

Dan kemudian setelah itu kami mendengar tidak, itu bukan MH370. Dan kami kembali menghadapi keputusasaan. Setiap kali seolah-olah ada seseorang yang berdiri di atas kami dan menarik napas kami.”

Pertama, karena penanganan respons awal yang membingungkan, dengan kesalahan seperti kegagalan untuk bertindak cepat dalam pelacakan radar militer terhadap MH370. Kedua, karena keengganan mengizinkan pencarian lebih lanjut, setelah operasi terakhir oleh Ocean Infinity berakhir pada pertengahan 2018.

See also  Kasus Dego-Dego, Direskrimum ; "Tak Akui Gelar Perkara, Diduga Ada Keberpihakan"

Perusahaan ini telah menawarkan untuk melanjutkan pencarian tanpa biaya, tetapi membutuhkan persetujuan pemerintah.

Secara pribadi, beberapa pejabat Malaysia mengakui bahwa pemerintah seharusnya bisa berbuat lebih banyak. Beberapa hal ini mungkin dapat dijelaskan, karena negara ini telah mengalami periode gejolak politik yang luar biasa dalam beberapa tahun terakhir.

Kemudian ada pandemi, sebuah gangguan besar yang juga menghalangi keluarga-keluarga untuk mengadakan peringatan tahunan mereka.

Menteri transportasi Malaysia saat ini, Anthony Loke, berusaha untuk mengatasi hal ini dengan menghadiri acara peringatan 10 tahun di Kuala Lumpur, dan berjanji kepada para keluarga korban bahwa ia akan melakukan segala cara untuk menemukan pesawat yang hilang.

Dia mengumumkan, sekarang sedang berdiskusi dengan Ocean Infinity tentang kemungkinan untuk melanjutkan pencarian akhir tahun ini.

Ocean Infinity telah memindai area seluas 112.000 km pada tahun 2018. Namun, ini mencakup beberapa medan yang sangat menantang, seperti ngarai bawah laut yang dalam, dan ada kemungkinan bagian ini telah terlewatkan dalam pencarian.

Pensiunan spesialis IT kedirgantaraan Inggris, Richard Godfrey, salah satu orang yang ikut terseret ke dalam pusaran MH370, percaya bahwa ia kini telah menentukan area pencarian yang jauh lebih kecil, dengan menggunakan analisis inovatif terhadap transmisi uji coba radio gelombang pendek yang dilakukan secara rutin oleh para penggemar radio amatir.

Hal ini akan memungkinkan pencarian yang lebih terkonsentrasi oleh pesawat tanpa awak, dengan melakukan beberapa kali lintasan di area yang sama.

“Mereka merekam 1,7 miliar data per tahun dalam database mereka. Bayangkan sebuah jaring nelayan yang sangat besar, di seluruh dunia, yang penuh dengan sinyal radio. Setiap kali sebuah pesawat melewati jaring ini, pesawat tersebut akan membuat lubang pada jaring tersebut,” jelasnya.

“Hal ini menunjukkan di mana sebuah pesawat berada pada waktu tertentu. Selama enam jam penerbangan MH370 ke Samudra Hindia bagian selatan, saya dapat menemukan 313 anomali dalam sinyal radio di 95 titik waktu yang berbeda.

“Hal ini memberikan Anda rute penerbangan yang jauh lebih baik, dan penentuan lokasi jatuhnya pesawat yang lebih akurat,” kata Godfrey kemudian.

Metode Richard saat ini sedang diuji oleh University of Liverpool, yang berharap dapat menentukan seberapa valid metode tersebut akhir tahun ini.

Para keluarga mengatakan bahwa mereka terdorong oleh janji-janji terbaru yang dibuat oleh menteri transportasi Malaysia – sebuah perubahan sikap yang sangat dibutuhkan oleh pemerintah, kata mereka.

Namun mereka tetap terus berharap. Seperti harapan yang telah dikemukakan berkali-kali sebelumnya.

“Saya hanya ingin pesawat itu ditemukan,” kata Gonzalez.

“Setidaknya dengan begitu saya bisa membiarkan suami saya beristirahat dengan tenang. Saat ini, saya belum melakukan apa pun untuknya, Anda tahu, untuk memberinya tugu peringatan. Saya tidak bisa, karena kami tidak memiliki sesuatu yang nyata darinya.”

Pada peringatan tersebut, sebuah papan besar telah dipasang, di mana orang-orang dapat menulis pesan, harapan, simpati, atau kesedihan.

Li berlutut untuk menulis pesan untuk Yanlin dalam huruf besar berbahasa Mandarin, lalu duduk sambil menangis, melihatnya.

“Nak, sudah 10 tahun berlalu,” tulisnya.

“Ayah dan ibumu ada di sini untuk membawamu kembali ke rumah. 3 Maret 2024.” | RumahGadang.News | BBC | *** |

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
banner 336x280

Comment